Senin, 26 Maret 2018

PENULISAN AL-QUR’AN DAN PENGUMPULANYA

0


PENULISAN AL-QUR’AN DAN PENGUMPULANYA

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an melewati tiga jenjang.

Tahap Pertama.
Zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada jenjang ini penyandaran pada hafalan lebih banyak daripada penyandaran pada tulisan karena hafalan para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum sangat kuat dan cepat di samping sedikitnya orang yang bisa baca tulis dan sarananya. Oleh karena itu siapa saja dari kalangan mereka yang mendengar satu ayat, dia akan langsung menghafalnya atau menuliskannya dengan sarana seadanya di pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta. Jumlah para penghapal Al-Qur’an sangat banyak

Dalam kitab Shahih Bukhari [1] dari Anas Ibn Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus tujuh puluh orang yang disebut Al-Qurra’. Mereka dihadang dan dibunuh oleh penduduk dua desa dari suku Bani Sulaim ; Ri’l dan Dzakwan di dekat sumur Ma’unah. Namun di kalangan para sahabat selain mereka masih banyak para penghapal Al-Qur’an, seperti Khulafaur Rasyidin, Abdullah Ibn Mas’ud, Salim bekas budak Abu Hudzaifah, Ubay Ibn Ka’ab, Mu’adz Ibn Jabal, Zaid Ibn Tsabit dan Abu Darda Radhiyallahu ‘anhum.

Tahap Kedua
Pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu tahun dua belas Hijriyah. Penyebabnya adalah : Pada perang Yamamah banyak dari kalangan Al-Qurra’ yang terbunuh, di antaranya Salim bekas budak Abu Hudzaifah ; salah seorang yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengambil pelajaran Al-Qur’an darinya.

Maka Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur’an agar tidak hilang. Dalam kitab Shahih Bukahri [2] disebutkan, bahwa Umar Ibn Khaththab mengemukakan pandangan tersebut kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu setelah selesainya perang Yamamah. Abu Bakar tidak mau melakukannya karena takut dosa, sehingga Umar terus-menerus mengemukakan pandangannya sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan pintu hati Abu Bakar untuk hal itu, dia lalu memanggil Zaid Ibn Tsabit Radhiyallahu ‘anhu, di samping Abu Bakar bediri Umar, Abu Bakar mengatakan kepada Zaid : “Sesunguhnya engkau adalah seorang yang masih muda dan berakal cemrerlang, kami tidak meragukannmu, engkau dulu pernah menulis wahyu untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sekarang carilah Al-Qur’an dan kumpulkanlah!”, Zaid berkata : “Maka akupun mencari dan mengumpulkan Al-Qur’an dari pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hafalan orang-orang. Mushaf tersebut berada di tangan Abu Bakar hingga dia wafat, kemudian dipegang oleh Umar hingga wafatnya, dan kemudian di pegang oleh Hafsah Binti Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Diriwayatkan oleh Bukhari secara panjang lebar.

Kaum muslimin saat itu seluruhnya sepakat dengan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, mereka menganggap perbuatannya itu sebagai nilai positif dan keutamaan bagi Abu Bakar, sampai Ali Ibn Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu mengatakan : “Orang yang paling besar pahalanya pada mushaf Al-Qur’an adalah Abu Bakar, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi rahmat kepada Abu Bakar karena, dialah orang yang pertama kali mengumpulkan Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tahap Ketiga
Pada zaman Amirul Mukminin Utsman Ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu pada tahun dua puluh lima Hijriyah. Sebabnya adalah perbedaan kaum muslimin pada dialek bacaan Al-Qur’an sesuai dengan perbedaan mushaf-mushaf yang berada di tangan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum. Hal itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah, maka Utsman Radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf sehingga kaum muslimin tidak berbeda bacaannya kemudian bertengkar pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akhirnya berpecah belah.

Dalam kitab Shahih Bukhari [3] disebutkan, bahwasanya Hudzaifah Ibnu Yaman Radhiyallahu ‘anhu datang menghadap Utsman Ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu dari perang pembebasan Armenia dan Azerbaijan. Dia khawatir melihat perbedaaan mereka pada dialek bacaan Al-Qur’an, dia katakan : “Wahai Amirul Mukminin, selamtakanlah umat ini sebelum mereka berpecah belah pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti perpecahan kaum Yahudi dan Nasrani!” Utsman lalu mengutus seseorang kepada Hafsah Radhiyallahu ‘anhuma : “Kirimkan kepada kami mushaf yang engkau pegang agar kami gantikan mushaf-mushaf yang ada dengannya kemudian akan kami kembalikan kepadamu!”, Hafshah lalu mengirimkan mushaf tersebut.

Kemudian Utsman memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Sa’id Ibnul Ash dan Abdurrahman Ibnul Harits Ibn Hisyam Radhiyallahu ‘anhum untuk menuliskannya kembali dan memperbanyaknya. Zaid Ibn Tsabit berasal dari kaum Anshar sementara tiga orang yang lain berasal dari Quraisy. Utsman mengatakan kepada ketiganya : “Jika kalian berbeda bacaan dengan Zaid Ibn Tsabit pada sebagian ayat Al-Qur’an, maka tuliskanlah dengan dialek Quraisy, karena Al-Qur’an diturunkan dengan dialek tersebut!”, merekapun lalu mengerjakannya dan setelah selesai, Utsman mengembalikan mushaf itu kepada Hafshah dan mengirimkan hasil pekerjaan tersebut ke seluruh penjuru negeri Islam serta memerintahkan untuk membakar naskah mushaf Al-Qur’an selainnya.

Utsman Radhiyallahu ‘anhu melakukan hal ini setelah meminta pendapat kepada para sahabat Radhiyalahu ‘anhum yang lain sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud [4] dari Ali Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya dia mengatakan : “Demi Allah, tidaklah seseorang melakukan apa yang dilakukan pada mushaf-mushaf Al-Qur’an selain harus meminta pendapat kami semuanya”, Utsman mengatakan : “Aku berpendapat sebaiknya kita mengumpulkan manusia hanya pada satu Mushaf saja sehingga tidak terjadi perpecahan dan perbedaan”. Kami menjawab : “Alangkah baiknya pendapatmu itu”.

Mush’ab Ibn Sa’ad [5] mengatakan : “Aku melihat orang banyak ketika Utsman membakar mushaf-mushaf yang ada, merekapun keheranan melihatnya”, atau dia katakan : “Tidak ada seorangpun dari mereka yang mengingkarinya, hal itu adalah termasuk nilai positif bagi Amirul Mukminin Utsman Ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu yang disepakati oleh kaum muslimin seluruhnya. Hal itu adalah penyempurnaan dari pengumpulan yang dilakukan Khalifah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu.

Perbedaan antara pengumpulan yang dilakukan Utsman dan pengumpulan yang dilakukan Abu Bakar Radhiyallahu anhuma adalah : Tujuan dari pengumpulan Al-Qur’an di zaman Abu Bakar adalah menuliskan dan mengumpulkan keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf agar tidak tercecer dan tidak hilang tanpa membawa kaum muslimin untuk bersatu pada satu mushaf ; hal itu dikarenakan belih terlihat pengaruh dari perbedaan dialek bacaan yang mengharuskannya membawa mereka untuk bersatu pada satu mushaf Al-Qur’an saja.

Sedangkan tujuan dari pengumpulan Al-Qur’an di zaman Utsman Radhiyallahu ‘anhu adalah : Mengumpulkan dan menuliskan Al-Qur’an dalam satu mushaf dengan satu dialek bacaan dan membawa kaum muslimin untuk bersatu pada satu mushaf Al-Qur’an karena timbulnya pengaruh yang mengkhawatirkan pada perbedaan dialek bacaan Al-Qur’an.

Hasil yang didapatkan dari pengumpulan ini terlihat dengan timbulnya kemaslahatan yang besar di tengah-tengah kaum muslimin, di antaranya : Persatuan dan kesatuan, kesepakatan bersama dan saling berkasih sayang. Kemudian mudharat yang besarpun bisa dihindari yang di antaranya adalah : Perpecahan umat, perbedaan keyakinan, tersebar luasnya kebencian dan permusuhan.

Mushaf Al-Qur’an tetap seperti itu sampai sekarang dan disepakati oleh seluruh kaum muslimin serta diriwayatkan secara Mutawatir. Dipelajari oleh anak-anak dari orang dewasa, tidak bisa dipermainkan oleh tangan-tangan kotor para perusak dan tidak sampai tersentuh oleh hawa nafsu orang-orang yang menyeleweng.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Tuhan langit, Tuhan bumi dan Tuhan sekalian alam.

[Disalin dari kitab Ushuulun Fie At-Tafsir edisi Indonesia Belajar Mudah Ilmu Tafsir oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka As-Sunnah, Penerjemah Farid Qurusy]
________
Footnote
[1]. Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Al-Jihad, Bab Al-Aunu Bil Madad, hadits nomor 3064
[2]. Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab At-Tafsir, Bab Qauluhu Ta’ala : Laqad jaa’akum Rasuulun Min Anfusikum Aziizun Alaihi Maa Anittum … al-ayat
[3]. Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Fadhaailul Qur’an, Bab Jam’ul Qur’an, hadits nomor 4978
[4]. Diriwayatkan oleh Al-Khatib dalam Kitabnya Al-Fashl Lil Washl Al-Mudraj, jilid : 2 halaman 954, dalam sanadnya terdapat rawi bernama Muhammad Ibn Abban Al-Ju’fi (Al-Ilal karya Ad-Daruquthni, jilid 3, halaman 229-230), Ibn Ma’in mengatakan : “Dia dha’if (Al-Jarhu wat Ta’dil karya Ar-Razi, jilid 7 halam 200.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab Al-Mashaahif halaman 22
[5]. Diriwayatklan oleh Abu Dawud dalam Kitab Al-Mashaahif, Hal. 12


Senin, 12 Februari 2018

0

 Focallure eyeshadow 18 warna 01 Bright Lux


Nama : Focallure Your Favors Eighteen Eyeshadow Palette
Varian : 01 Bright Lux
Produsen : Focallure Cosmetics, China
Netto : @0.5 gr x 18
Harga :Rp.59.500,- (Shoppe seller beautystarting.id)
Palet nya sendiri di kemas dalam kemasan kertas yang keras dengan tutup magnet. Perpaduannya warna antara hitam dengan rose gold membuat palet ini kelihatan gak murahan. Pemilihan font tulisannya juga cukup bagus dan kelihatan modern
Ada keterangan nama-nama setiap warna eyeshadownya. Ada 7 warna shimmer dan sisanya matte,  walaupun di antara warna matte itu ada juga 1 warna yang shimmer tapi lebih halus

Dubai : Warna perpaduan coklat gelap dengan silver dan gliter kebiruan. Pigmentasinya bagus walau hanya 1x swipe
Rubby : Deep red dengan glitter emas & silver, teksturnya buttery dan shimmernya rata
Goldmine : Warna emas yang beneran "emas", maksudnya beneran kuning emas gitu.
Rose Gold : Sesuai namanya, warna pink perpaduan shimmer emas. Warnanya lebih calm daripada rubby.
Salmon : Warna emas dengan shimmer kuning kecoklatan.
Garnet : Pink metalik dengan shimmer halus. Menurutku warna ini paling ringkih karena bolak-balik pecah :-(
Brown Gold : Hampir mirip dengan warna Gold Mine, tapi dengan shimmer kuning kecoklatan.
Wine : Deep red dengan hasil matte tanpa shimmer, pigmentasinya bagus hanya teksturnya kurang buttery
Pink : Matte pink, teksturnya matte hanya pigmentasinya kurang bagus. Berkali-kali di swipe warnanya gak keluar.
Bubble gem : Warna putih dengan hint pink, tekstur dan pigmentasinya mirip Pink
Bisque : Warna putih kecoklatan, lagi-lagi pigmentasinya mirip dengan 2 warna di atas
Moonlight : Satu-satunya eyeshadow dengan shimmer yang sanggaaattt halus, jadi gak terlalu kelihatan. Warnanya sendiri mirip Bisque hanya lebih kepink-an
Carbon : Warna matte hitam sesuai namanya, sayang teksturnya keras dan pigmentasinya kurang
Copper Rose : Warna coklat kekuningan, pigmentasi bagus dan tekturnya juga lebih dibandingkan Carbon
Toffe : Deep red dengan hasil matte, pigmentasi bagus dan warnaya juga bagus di gunakan
Terracota : Warna merah tapi lebih terang, tekstur bagus dan pigmentasinya juga bagus
Indian Red : Warna orange kemerahan, bagus banget di gunakan sebagai warna transisi. Salah satu warna favoritku juga.
Salmon : Ternyata ada 2 nama Salmon dalam 1 palet ini. Bedanya Salmon yang ini warnanya matte  orange pucat. Teksturnya agak kasar dan pigmentasniya kurang.

Semua warna menurut aku pigmentasinya bagus karena tanpa eye primer juga udah keluar warna yang mattenya gampang dibland dan yang paling wawww banget itu warna yang simmer

Dan ini hasil penggunaan Focallure Your Favors Eighteen Eyeshadow Palette

0

Beauty Creations Irresistible

Nama : Beauty Creations Irresistible 
Produsen : Beauty Creations
Netto : 130 gr 
Harga: Rp.119.000 (shopee)
Kemasannya ada amplopnya gitu, baru ada palettenya. Materialnya dari dus tebal dan pake magnet, magnetnya kuat kok gak pernah ngebuka sendiri. Kemasannya cantik, didominasi warna pink dan coklat susu. Bagian depan cuma ada brand dan jenis pallete, di bagian belakang ada keterangan Ingredients dan tetek bengek lainnya. By the way, Beauty Creations ini ngeluarin 2 eyeshadow palette yang bentuknya serupa: Irresistible dan Butterfly.

Metallic Shades:
-True Love warna pink muda, agak creamy dan agak pigmented. Gue butuh berkali-kali pick buat dapetin warnanya. Kadang dijadiin hiliter. Warna ini sama Love Letter kalau ditimpain ke warna lain anehnya susah banget kadang warnanya ilang cuma sisa shimmer, kalau bawahnya pake concealer dulu sih ok banget.
-Til' Midnight coklat dengan shimmer emas (imo, susah jelasinnya) tapi gue suka banget! Warna favorit, creamy abis, pigmented abis.
-Love Letter warna emas, agak creamy dan agak pigmented. Cuma fall outnya lumayan euy. Warna terbaik di shimmer ini menurut gue ya Til' Midnight.

Matte Shades:
-Touch Me, Only Yours, Bare teksturnya powdery, sangat kurang pigmented, pick pake jari lumayan keluar warnanya cuma harus teken banget:( Tapi gue suka baurin di seluruh lid, beberapa kali baru keluar warnanya.
-Naked, Infatuated, Tender Kiss, Smack, Warm Touch, Mix Emotions teksturnya agak powdery, kurang pigmented tapi sekali swatch pake jari langsung keluar warnanya. Khusus Naked kegosok dikit udah ilang warnanya gak berbekas.
-Kiss Me, Yours masih powdery sih tapi agak creamy, teksturenya paling bagus diantara warna matte lainnya dan paling pigmented. Yours paling sering gue pake buat ngisi alis, warna coklatnya pas banget!



ini contoh look menggunakan pallete beauty creations irresistible

Senin, 29 Januari 2018

Selasa, 14 November 2017

Love In Islam

0

“Mencintaimu Bukanlah kemungkaran, namun untuk saat ini , memilikimu adalah ketersesatan”

Cinta menurut pandangan islam merupakan kasih sayang yang terjalin antara sesama hamba Allah. Seperti halnya cinta manusi terhadap pencipta-Nya, cinta antara orang tua dengan anak dan sebaliknya, istri dengan suami dan sebaliknya, adek dengan kakak dan sebaliknya, sesama saudara, dan lain sebagainya.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imron : 14)
Cara Islam Memandang Cinta
Bukanlah Allah telah menciptakan manusia untuk hidup berpasang – pasangan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Di dalam Al Quran terdapat firman Allah mengenai hal ini :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Ruum: 21)
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, maka Allah Swt akan mengkayakan mereka. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (An Nur: 32)
“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (Adz Dzariyaat: 49)
Cinta menurut pandangan islam bisa dikatakan seperti halnya keimananan, yakni yang sudah diyakini dalam hati, kemudian diucapkan dengan lisan, dan juga sudah dibuktikan dengan perilaku. Karena menurut saya pribadi bahwa mencintai antara satu orang dengan yang lainnnya merupakan tanda – tanda serta salah satu ciri sebagau orang yang mempunyai iman.
v  Diyakini dalam Hati
Maksudnya disini cinta itu bisa datang tapi bukan karena adanya dorongan nafsu belaka. Tetapi, cinta itu bisa datang karena ada iman dari dalam diri sehingga akan mengutamakan akhlak yang mulia dan juga tingkat ketaqwaan kepada Allah Swt.
Pada dasarnya cinta yang berlandaskan nafsu tidak akan lama untuk bertahan, tidak mendatangkan kebahagiaan dan juga ketentraman dari dalam jiwa, melainkan hanya akan merasakan kesengsaraan serta suatu kehinaan yang berlangsung secara berkepanjangan.
v  Diucapkan Dengan Lisan
Maksudnya disini cinta hanya akan diucapkan secara langsung kepada seseorang yang memang benar – benar kita cintai. Hal tersebut juga termasuk dalam kategori sunnah karena Rasulullah Saw sendiri memberikan anjuran untuk melakukannya.
Meskipun demikian tetap ada aturan mainnya, yakni rasa cinta yang kita rasakan hanya boleh diucapkan kepada seseorang yang memang sudah menjadi mukhrim (halal), sahabat atau teman yang shalih, dan yang perlu anda perhatikan serta menjadi hal paling penting ialah rasa sayang kepada orang tua.
v  Dibuktikan Dengan Perilaku
Tanpa adanya bukti dan suatu tindakan yang nyata terhadap cinta yang kita rasakan, itu artinya kita tidak sungguh – sungguh mencintai seseorang. Karena Rasulullah saw sendiri pernah memberi suatu penjelasan bahwa apabila ada seorang laki-laki mengaku mencintai seorang perempuan, maka ia wajib segera melakukan niat baiknya tersebut dengan langsung melamarnya untuk dijadikan seorang istri.
Hal yang demikianlah merupakan bentuk nyata dari sebuah pembuktian yang dilakukan karena adanya cinta. Apabila memang kita benar – benar sudah yakin menyukainya, segerakanlah untuk  menikahinya.
Namun jika belum merasa mampu untuk melaksanakannya, maka sebaiknya sementara waktu berpuasa atau menahannya, yakni dengan cara mengontrol hawa nafsu dan rasa cintai yang ada dengan berdiam terlebih dahulu. Semua itu dilakukan hanya demi menjaga kesucian diri kita sendiri dan juga khususnya kesucian wanita yang kita cintai.
Cinta yang sesungguhnya bukanlah sebuah kata yang murah dan tidak bisa dianggap lumrah untuk diucapkan dari mulut satu ke mulut lainnya. Namun cinta sendiri merupakan suatu anugerah dari Allah Swt yang akan terasa sangat indah dan tentu saja suci apabila manusia itu sendiri bisa menganggapnya sebagai nilai dari suatu kesucian.
Islam sendiri sangat menjaga dan menghargai arti dari kesucian cinta, sehingga di dalamnya tidak ada ajaran atau pun istilah melakukan pacaran terlebih dahulu. Sebenarya tidak perlu melakukan pacaran, karena pada dasarnya jodoh memang sudah diatur oleh Allah Swt.
Yang menjadi poin utama ialah kita melakukan introspeksi dan menata diri kita sendiri untuk menjadi seorang pribadi yang tentunya lebih baik, dan selanjutnya insya Allah jodoh yang kita inginkan pun akan baik. Allah Swt akan memberikan kepada kita seorang pasangan yang selaras dengan diri kita. Apabila kita ingin mendapatkan pasangan yang baik, maka berusahalah untuk menjadi pribadi yang baik. Hal ini seperti pada penjelasan firman Allah yang ada di Al Quran berikut ini :
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (QS An-Nur : 26)
Adapun jika pasangan yang kita dapatkan ternyata buruk dan tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan, maka itu semua merupakan suatu ujian bagi diri kita untuk menjadi hamba-Nya yang bisa selalu bersabar dan juga selalu bersyukur.
Karena bagi mereka yang mampu untuk bersabar dan juga bersyukur, maka merekalah yang layak mendapatkan kenimatan hidup di surga. Cinta dikatakan baik apabila mampu membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Jika cinta yang didapatkan ternyata justru membuat hidupmu menjadi semakin memburuk, maka kita tidak perlu khawatir bahkan takut untuk membiarkannya pergi.

Yang menjadi harapan ialah jika kita sedang merasakan jatuh cinta, maka cintakanlah kita wahai Allah Swt kepada seseorang yang mempunyai kemantapan hati melabuhkan cintanya hanya kepada-Mu sehingga nantinya akan bisa membantu menambah kekuatanku dalam upaya untuk mencintai-Mu.
Selanjutnya lindungi dan jaga rasa cintaku ini untuknya agar level tersebut tidak melebihi rasa cintaku kepada-Mu. Semoga kita semua termasuk dalam golongan hamba-hamba Allah yang sanggup dan mampu untuk menjaga kesucian diri sendiri dengan berlandaskan agama dan tentunya menjunjung tinggi semua aturan mengenai cinta dalam islam yang sudah ditetapkan sesuai dengan porsinya masing – masing.
Selalu ingatlah dan peringatkan kepada diri kita bahwa cinta sejati itu sesungguhnya hanyalah milik Allah Swt Pencipta alam semesta. Cinta kepada manusia secara berlebihan hanya akan membuat goresan luka yang teramat dalam, maka untuk itu landaskanlah cinta antar manusia hanya karena Allah.
Cinta karena Allah yang seperti inilah merupakan sebuah cinta yang nantinya akan membuatmu menjadi semakin dekat dengan Allah Swt. Dengan demikian cinta seseorang yang hidup bersamamu akan bisa merasakan dan mencicipi keindahan serta manisnya sebuah keimanan.
Pada saat cinta mulai hadir dan hal itu hanya muncul sebagai sebuah rasa sakit semata, maka hal tersebut berarti belum bisa dikatakan sebagai sebuah cinta sejati. Karena jika cinta sejati memang benar – benar hadir di kehidupan kita, maka hanyalah sebagai suatu kebahagiaan yang terasa sangat indah.
Selanjutnya carilah cinta jika kita sudah bersamanya maka secara otomatis akan bertambah keimananmu , kemuliakan serta kehormatan dirimu sendiri. Jatuhkan dan labuhkan cintamu hanya kepada seseorang yang memang layak, mampu dan juga siap untuk menerimanya.
Setelah itu jangan biarkan cintamu berlabuh dan jatuh kepada orang yang memang belum layak, mampu dan siap sehingga hal yang buruk bisa terjadi seperti contohnya jatuh ataupun pecah menjadi berkeping-keping di hatimu.
Dapat diambil kesimpulan bahwa artikel mengenai cinta menurut pandangan islam di atas yang diulas secara detail dan dikemas dengan menarik, diharapkan bisa membantu memudahkan dalam mempelajari serta memahaminya lebih dalam lagi.
Sehingga nantinya mungkin bisa dijadikan sebagai bahan referensi yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari –hari dan menambah wawasan bagi anda. Sampai disini dulu ya artikel kali yang membahas mengenai cinta menurut pandangan islam. Semoga bisa bermanfaat bagi anda dan terima kasih sudah meluangkan sedikit waktu untuk membaca artikel saya ini.


Selasa, 07 November 2017

Hijrah ? Lakukan 6 Cara Agar Tetap Istiqomah

0

"Hijrah Itu Bukan Sekedar Niat Tapi Dibuktikan Dengan Taat."

6 Cara Agar Tetap Istiqomah di Jalan Allah
Allah SWT menciptakan manusia dan makhluk lainnya dimuka bumi untuk beribadah kepada Allah SWT. Ibadah sendiri diartikan sebagai suatu perbuatan menjalankan kewajiban yang ditentukan oleh Allah SWT dan jika dikerjakan mendapatkan pahala (baca hakikat penciptaan manusia dan tujuan penciptaan manusia). Ibadah dalam agama islam ada yang bersifat wajib seperti shalat fardhu, puasa ramadhan (baca puasa ramadhan dan cara pelaksanaannya), zakat (baca syarat penerima zakat dan hukum zakat pendapatan dalam islam), haji (baca syarat wajib haji) dan ada juga yang sifatnya sunnah seperti bersedekah (baca keutamaan sedekah), membaca Alqur’an, shalat sunnah, puasa sunnah dan lain sebagainya.
Terlepas dari bentuk-bentuk ibadah tersebut umat islam senantiasa diperintahkan untuk tetap beribadah dengan istiqomah dan ikhlas hanya mengharapkan ridha Allah SWT saja. Lalu apakah pengertian istiqomah dalam beribadah yang sesungguhnya dan bagaimana cara agar istiqomah dalam beribadah?
Pengertian Istiqomah di Jalan Allah
Sering kita mendengar kata istiqomah diucapkan oleh seorang muslim tapi terkadang istiqomah memang mudah diucapkan tetapi pada prakteknya istiqomah dalam beribadah adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Hal ini terkait dengan manusia yang dalam keimanan dan ketaqwaannya sering mengalami pasang surut dan akibat banyaknya godaan yang muncul dalam kehidupannya. Secara bahasa istiqomah artinya lurus dan secara istilah adalah suatu perbuatan dan sifat yang senantiasa mengikuti jalan yang lurus yakni jalan yang diridhai Allah SWT. (baca juga istiqomah dalam islam)
Istiqomah dalam beribadah dapat diartikan sebagai suatu sikap untuk senantiasa menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT sebagai suatu ibadah. Perintah untuk beristiqomah tatkala beribadah sejalan dengan perintah untuk selalu berada di jalan yang lurus. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam ayat berikut
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Qs Hud : 112)
Cara Agar Istiqomah di Jalan Allah
Senantiasa istiqomah dalam beribadah memang tidak semudah yang dibayangkan tapi seorang muslim yang baik adalah mereka yang selalu berusaha untuk istiqomah dan berada dalam jalan yang benar. Meskipun dalam ibadahnya terkadang seorang islam mengalami rasa malas atau gangguan lainnya setidaknya ada beberapa cara yang bisa membantu seorang muslim untuk tetap istiqomah. Diantara cara agar tetap istiqomah di jalan allah :
  1. Meluruskan niat
Sebelum seseorang melaksanakan ibadah ia tentunya harus berniat dalam hati. Dengan memiliki niat yang lurus dan hanya mengharapkan ridha Allah SWT maka seseorang akan lebih mudah menjalankan ibadahnya dan tidak mudah tergoda pada hal-hal yang bisa menghalangi ibadahnya. Niat juga merupakan penentu suatu ibadah dan ia mendapatkan pahala atau ganjaran sesuai dengan niat ibadah dalam hatinya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini.
إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya”. (HSR. Bukhary-Muslim dari ‘Umar bin Khoththob radhiallahu ‘anhu)


  1. Memahami makna syahadat
Seorang muslim tentunya mengetahui dan mengenal dua kalimat syahadat tapi tidak semua orang mengetahui makna sebenarnya dari dua kalimat syahadat. Untuk bisa istiqomah dalam beribadah maka seorang muslim harus bisa memaknai arti syahadat dan mengetahui bahwa dengan mengucapkan syahadat ia memiliki kewajiban sebagai seorang muslim termasuk dalam beribadah. Ibadah itu sendiri adalah suatu konsekuensi dari ucapan syahadat seorang muslim dan sifatnya mengikat.
  1. Memperbanyak bacaan Alqur’an
Membaca Alqur’an setiap hari secara rutin adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dan membantu seorang muslim untuk lebih istiqomah beribadah di jalan Allah SWT. Alqur’an sendiri adalah kitab suci umat islam yang bisa meneguhkan hati seorang muslim sehingga ia tidak mudah tergoyahkan oleh hal-hal yang mampu merusak imannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini (baca juga manfaat membaca Alqur’an dalam kehidupan dan keajaiban Alqur’an di dunia nyata)
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)“. (QS An Nahl :102)
  1. Meningkatkan kualitas ibadah sedikit demi sedikit
Mungkin bagi seorang muslim beribadah terus menerus sepanjang hari dan terus beribadah dengan kualitas yang lebih baik tidak begitu mudah akan tetapi hal ini tetap dapat dilakukan untuk menjaga istiqomah dalam beribadah. Agar senantiasa dapat beribadah secara istiqomah maka hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas ibadah sedikit demi sedikit. Sebagai seorang muslim yang baik tentunya kita akan senantiasa meluangkan waktu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah itu sendiri.

  1. Bergaul dengan orang-orang shaleh
Hubungan manusia tidak terlepas dengan manusia lainnya dan perilaku seorang manusia juga biasanya dipengaruhi oleh orang-orang disekitarnya. oleh sebab itu jika ingin selalu istiqomah dalam beribadah maka banyaklah bergaul dengan orang shaleh karena mereka bisa menjadi kawan saat beribadah dan senantiasa menjagamu dalam kebaikan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini (baca pergaulan dalam islam)
Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.
  1. Berdoa dan berzikir kepada Allah SWT
Allah adalah maha pembolak balik hati seseorang dan atas kuasaNya lah Allah menetapkan apakah Ia akan memberi seseorang hidayah ataukah menutup hati seseorang. Oleh sebab itu kita dianjurkan untuk senantiasa berzikir dan berdoa kepada Allah agar tetap istiqomah di jalan yang benar. Adapun doa yang bisa dipanjatkan agar diberi kekuatan untuk beristiqomah adalah sebagai berikut (baca keutamaan berzikir kepada Allah SWT)
امقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” [HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]